Menjaga Rimba Terakhir

Berawal dari rasa penasaran mengenai sebuah buku yang di post salah satu akun. Kemudian, Saya disuruh menghubungi @kki warsi saja. Sebuah akun Lembaga Konservasi Indonesia Warung Informasi Konservasi (KKI Warsi ). Menanyakan perihal bagaimana cara mendapatkan buku yang saya inginkan. Setelah beberapa komunikasi, saling melempar pertanyaan dan balasan. Akhirnya saya bisa mendapatkan buku ini. Senangnya bukan main.

Sebuah buku yang menceritakan perjalanan Warsi dalam menjaga hutan dengan asas kemasyarakatan. Tidak hanya pohon saja dijaga dan dilestraikan, begitupun makhluk hidup yang hidup di dalamnya. Seperti orang rimba yang tinggal di hutan.

Kita membayangkan, orang rimba adalah rombongan orang yang tinggal di hutan, hidupnya berpindah-pindah, berpakaian seadanya dan kehidupannya ketinggalan zaman. Kita memandang mereka itu "Aneh".

Memang ada beberapa itu benar, tetapi setelah membaca buku ini. Kita bisa melihat lebih dalam betapa istimewanya orang rimba. Bisa bertahan hidup di hutan. Kearifan pengetahuan, Orang rimba membaca dan menggali ilmu dari alam hutan perlu dipelajari. Seakan-akan alam adalah tempatnya sekolah.  

Walaupun mereka ketinggalan dalam hal pendidikan seperti membaca, menulis dan hidup seperti laykanya manusia sekarang. Dalam buku ini, diceritakan kerap kali dibohongi ketika ada yang meminta  sepucuk surat. Karena akses membaca yang masih rendah, alhasil mereka mendata tanganinnya dengan cap jempol saja. Orang-orang yang hanya memanfaatkan keadaan, kepengingannya sendiri tanpa memupedulikan kehidupan sesama manusia, Hanya mengharapkan lahan dan kayu.

Di sisi lain, istimewanya orang rimba yaitu sejak bayi lahir sudah diberi tanggung jawab menjaga dua pohon. Pertama, pohon kelahiran mewakili sosok dan nama si anak. Kedua, pohon sentubung, tempat menanam ari-ari bayi. Kalau zaman sekarang ada namanya pohon asuh.

Seperti seloka orang rimba, " Piado rimbo, Piado Bungo. Piado bungo, piado dewo." Tiada hutan, tiada bunga. Tiada bunga, tiada dewa. Sebuah seloka atau semacam peribahasa yang mengibaratkan hutan adalah dewa. Meyakini benar benar takut ketika merusak hutan. Apalagi sampai kehilangan?

Sebuah buku " Menjaga Rimba Terakhir" karya dari Ibu Mardiyah Chamim. Menjadi saksi kejadian yang sekarang terjadi. Penggusuran orang adat secara paksa, deforestasi dan perubahan iklim menjadi-jadi. Buku yang perlu dibaca dan menyelaminya lebih dalam lagi.


Postingan ini memiliki 0 komentar
Tinggalkan Komentar