"Mas berhenti bisa ngga, mau kecing dulu," kataku
Sebuah perkataan yang saya katakan terdengar aneh diposisi jalan tol ini, mana ada wc di daerah sini. Tapi mau ngga mau kencing adalah hal yang tidak boleh ditunda-tunda titik (dalam pikiranku). Disisi lain perjalan baru masuk tol, bisa dibayangkan berapa jarak tol dari tujuan dan berapa lama untuk mengatur strategi supaya bisa mengendalikan kencing ini. Sempat mengolah terbayang ketika macet saya harus keluar jalan kesemak-semak dan kencing langsung. Apa saya kencing dibelakang tempat duduk dimasukin ke botol. Huawaaaa semua tidak mungkin dilakukan yang hanya msebuah halu saja. Batu putih yang biasanya sebagai solusi terakhirku untuk menahan kencing, kini tak mungkin bisa diandalkan.
Perasaan pasrah, lemes, dan tak berdaya yang sekarang aku rasakan. Terbayang saking malunya jika harus takterkendali kencing di celana. Apalagi saat mobil melewati polisi tidur, berasa mau keluar tapi ngga jadi. Selalu berulang lagi dan lagi, "mas pelan pelan ya waktu ada polisi tidur" kataku. Mada iya kencing di mobil beneran, siapa yang tau kan ada polis tidur eh keblabasan keluar. Saking malunya disebelahku ada seorang cewe yang seolah-olah mengerti yang aku rasakan. " Hmm yang sabar ya," katanya
Pada akhirnya kita melewati jalan kecil lalu keluar tol, untuk mencari wc . Setelah mencari google map kebetualan ada masjid disekitar jalan kecil itu. Ternyata, sopir mobil pun sama, sama-sama merasakan betapa jerih payahnya menahan kencing di jalan tol sambil menyetir mobil. Mumgkin sama juga ketika ada tanjakan. Ternyata kita satu frekuensi mas, lain kali kalo mau lewat tol kencing dulu itu penting sekali. Minimal bisa nahan samapai res area.
Selesai dan lega sekaliiiii.........